Dadang, vokalis Dialog Dini hari, memberi kesempatan penonton untuk ikut bernyanyi |
Perkenalan saya dengan Dialog Dini Hari sudah sekitar 2 tahun lalu. Dalam sebuah pertunjukan di Jakarta, saya melihat tiga orang musisi naik ke atas pentas: seorang vokalis sekaligus gitaris dengan rambut gimbal berwajah lumayan ‘matang’, seorang basis yang (ehemm) tampan, dan seorang drummer gondrong yang sekilas nampak garang. Sempat berpikir bahwa ini adalah band rock. Lalu, begitu sang vokalis memulai pertunjukan dengan petikan gitarnya ditimpali suaranya yang serak dan rendah, semua perkiraan tadi langsung luruh.
Dialog Dini Hari bukan band beraliran musik keras grewo-grewo. Musik-musiknya sangat nge-soul dengan nada-nada blues dan folk dipadu lirik-lirik yang puitis. Wajah mereka yang sangar sempat mengecoh saya. Setelah mendengarkan lagu-lagu mereka yang kebanyakan bertema perjalanan, cinta, dan manusia, sejak saat itu, saya langsung jatuh hati pada Dialog Dini Hari. Saya berharap bisa kembali menyaksikan penampilan memukau Dadang SH Pranoti [fusion_builder_container hundred_percent=”yes” overflow=”visible”][fusion_builder_row][fusion_builder_column type=”1_1″ background_position=”left top” background_color=”” border_size=”” border_color=”” border_style=”solid” spacing=”yes” background_image=”” background_repeat=”no-repeat” padding=”” margin_top=”0px” margin_bottom=”0px” class=”” id=”” animation_type=”” animation_speed=”0.3″ animation_direction=”left” hide_on_mobile=”no” center_content=”no” min_height=”none”][gitar & vocal], Bronzio Orah [bass], dan Deny Surya [drum]; lengkap dengan koor panjang penonton, persis seperti apa yang pernah saya alami sebelumnya.
Aksi Panggung Zio |
Cita-cita saya untuk menyaksikan Dialog Dini Hari terwujud melalui sebuah konser musik bertajuk “Suara Tujuh Nada”. Acara ini merupakan sebuah tur musik 3 hari berturut-turut (6, 7, dan 8 Maret 2013), di tiga kota berbeda (Bandung, Yogyakarta, dan Bali), menampilkan tiga kelompok musik: Stars and Rabbit, Dialog Dini Hari, dan White Shoes and The Couples Company. Senang sekali, Yogyakarta menjadi salah satu kota yang dituju konser ini. Di Yogyakarta, “Suara Tujuh Nada” diadakan di Teater Garasi, sebuah ruang alternatif yang biasa digunakan untuk pertunjukan teater kontemporer.
Sejak pukul setengah 7 penonton sudah memadati pintu masuk venue Teater Garasi. Acaranya sendiri dimulai pukul 8 malam dengan kelompok musik “Stars and Rabbit” sebagai pembuka pertunjukan ini. Penonton langsung bersemangat menyambut duo vokalis dan gitaris Elda Suryani dan Adi Widodo.
Saya sudah pernah menyaksikan Stars and Rabbit sebelumnya sehingga bisa menebak kemana arah penampilan mereka. Sesuai dugaan, mereka tampil dengan nada-nada yang enak didengar. Lagu-lagu mereka kebanyakan bernada folk yang easy-listening. Permainan gitar Adi ditambah suara Elda yang sangat unik membawakan lagu-lagu berbahasa Inggris membuat mereka tampil ‘berkelas’. Elda juga sangat pintar untuk berbicara dengan penonton, sehingga pertunjukan menjadi terasa akrab dan intim.
Kelompok musik kedua yang tampil adalah Dialog Dini Hari (tentu saja kelompok ini yang paling saya tunggu-tunggu!). Dadang, si vokalis ‘matang’, membuka penampilan Dialog Dini Hari secara solo dengan single terbarunya (maaf saya nggak tahu judulnya). Penonton masih merasa asing dengan lagu ini, namun karena permainan gitar Dadang yang diatas rata-rata, penonton pun larut dalam alunan musik Dialog Dini Hari.
Selanjutnya dua personil Dialog Dini Hari naik ke pentas, mereka adalah: Zio, si basis tampan :p, dan Denny Surya, si drummer gondrong. Mereka bertiga lalu membawakan lagu-lagu yang mayoritas diambil dari album pertama, seperti: seperti Rehab Sekejap, Satu Cinta, Renovasi Otak, Beranda Taman Hati, Pagi, dll. Koor panjang penonton mengiringi penampilan mereka.
Para penonton ini awalnya masih malu-malu untuk ikut menyanyi, setelah Dadang mengecilkan volume suaranya dan menyuruh penonton mengeluarkan suara dengan lebih keras, penonton pun menjadi percaya diri untuk ikut menyanyikan lagu-lagu Dialog Dini Hari. Dadang mengatakan, “Penonton Jogja ternyata seru yaaa…. tahu gitu dari tahun lalu kita pentas di sini.” Kata-kata Dadang disambut tepuk tangan penonton. “Sayang, sebelumnya nggak ada sponsor,” gurau Dadang yang membuat penonton tertawa.
Setelah membawakan sekitar 10 lagu pada konser “Swara Tujuh Nada”, Dialog Dini Hari harus menyudahi penampilannya. “Harus dibagi-bagi ya waktunya, supaya semua band bisa tampil,” kata Dadang seolah menjawab kekecewaan penonton yang masih ingin menikmati penampilan mereka. Oksigen pun menutup penampilan Dialog Dini Hari.
WSATCC
Kelompok musik yang ketiga dan tentu saja sebagai pamungkas adalah “White Shoes and The Couples Company”. Direktur Ruangrupa yang ikut serta dalam konser ini mengatakan, “WSATCC adalah kelompok musik yang berhasil mengkomersialisasikan style ala 60’s dan 70’s.” Kemudia dia memanggil WSATCC untuk naik ke atas panggung.
Ini pertama kalinya saya melihat WSATCC perform. Saya terkesima dengan bagaimana mereka beraksi yang sungguh di atas bayangan saya. Mereka tampil sangat energik, penuh percaya diri, dan terlihat betapa hebatnya mereka menguasai panggung. Sari, si vokalis dengan wardrobe ala 60’s beraksi membawa kita ke pertunjukan ala jaman baheula yang sangat meriah.
Yang menarik dari penampilan WSATCC pada pertunjukan ini adalah mereka membuat arrangement yang berbeda dari beberapa lagu yang ada. Ketidakhadiran Mela, sang keyboardist, tidak melemahkan penampilan mereka. Justru mereka semakin kreatif dengan mengubah ulang arrangement lagu yang sudah ada. Selain itu, mereka juga membawakan lagu-lagu traditional seperti Lembe-lembe dan Te O Rendang. Sari, vokalis WSATCC mengatakan, “kita punya hak yang sama untuk menikmati lagu traditional.” Suatu tindakan yang perlu diapresiasi penikmat musik Indonesia.
Akhir kata, konser “Suara Tujuh Nada” di Teater Garasi tadi malam berhasil menyatukan musisi dan penonton dalam sebuah ruang yang menyatu dan menyenangkan. Mungkin saya tidak pernah merasa sesenang ini menyaksikan sebuah konser pertunjukan. Dalam release-nya mereka mengatakan bahwa tur musik ini penting untuk menyebarkan karya dan “membangun serta memperkuat fan base di setiap kota yang dikunjungi”. Terimakasih “Suara Tujuh Nada” (terutama terimakasih karena sudah menghadirkan Dialog Dini Hari :p) 😉
Bravo!
Penulis bersama Zio dan Dadang, personil Dialog Dini Hari |
Klik http://www.piawai-nastitie.com/2013/03/wsatcc-at-teater-garasi.html untuk melihat lebih banyak foto WSATCC
Klik http://www.piawai-nastitie.com/2013/03/dialog-dini-hari-at-teater-garasi.html untuk melihat lebih banyak foto Dialog Dini Hari[/fusion_builder_column][/fusion_builder_row][/fusion_builder_container]