August 2014

Cerita 3. Dukungan Pelawak

Selama meliput pemilu presiden, menghadiri acara deklarasi dukungan pelawak terhadap pasangan calon presiden calon wakil presiden nomor urut 2, Joko Widodo – Jusuf Kalla, adalah hal yang paling menyenangkan. Tidak ada ketegangam. Hanya tawa dan canda. Hampir lupa kalau saya sedang tugas meliput :p :p

Acara diadakan di Kantor DPP PKB, Jakarta Pusat, Minggu (1/6). Toto Muryadi alias Tarzan, sebagai juru bicara Paguyuban Seniman Pelawak dan Artis Jakarta mendukung pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, mengatakan, Jokowi-JK mewakili suara rakyat dan bisa memperhatikan seni tradisional dan lawak di Tanah Air.

Dalam acara itu, hadir antara lain Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, pelawak Srimulat Tri Retno Prayudati alias Nunung, Kabul Basuki alias Tessy, Sudarmadji alias Doyok, Kadir, dan Mamiek Prakoso, serta kader PKB sekaligus pemain sinetron Krisna Mukti dan model Arzeti Bilbina.
 
Suasana deklarasi dipenuhi guyonan. Saat Tessy dan Doyok cs di atas panggung, Tarzan tiba-tiba naik dan seolah-olah bicara dengan seseorang di telepon selulernya. ”Halo, Pak Mahfud? Pak Mahfud? Maaf, Pak. Saya tetap pilih Jokowi-JK, Pak. Tidak bisa pilih yang lain,” katanya. 
Saat ditanya dengan siapa dia bicara, Tarzan mengatakan, dia bicara dengan Mahfud, ketua rukun tetangga di rumahnya. (LOOOL)
Muhaimin juga menimpali, seolah-olah bicara dengan seseorang lewat teleponnya. ”Halo, Pak Susilo? Pak Susilo ya? Maaf, Pak, pilihan saya tetap ke Jokowi-JK,” ujarnya, seraya menjelaskan, Susilo yang dimaksud adalah tetangganya di Ciganjur.
LOOOOOL…… benar-benar guyonan ala srimulat!!
Oya, siang itu entah kenapa saya  melihat ada yang berbeda dari Mamiek Prakoso. Tidak tahu feeling atau apa, saya merasa kok sepertinya MamieK akan ‘pergi’ ya. Hmmm….
Feeling itu saya dapatkan karena berbeda dengan kawan-kawannya, Mamiek terlihat lebih bijaksana. Dia memberi banyak masukan untuk kemajuan Indonesia. Walaupun masukannya itu ditanggapi dengan candaan oleh teman-temannya, tetapi Mamiek terlihat berbeda dan agak pucat.
Dalam deklarasi itu, Mamiek menyatakan ingin perubahan untuk Indonesia. Selama ini seniman tradisional tidak pernah diperhatikan. Buktinya ludruk, ketoprak, lenong, tidak mendapat perhatian cukup.  “Kita punya harapan supaya Indonesia hebat dan seni tradisi diperhatikan,” jelasnya.
Beberapa hari lalu Mamiek betul-betul pergi. My deep condolence for our loss. Semoga harapan Mamiek bisa menjadi kenyataan. Amiin.
Salam ngelawak!
Read more

Cerita 2. Hatta Rajasa.

Sebagai pendatang baru di dunia perpolitikan Tanah Air (halah!) Saya tidak terlalu mengenal Hatta Rajasa. Saya hanya tahu beberapa berita tentang dirinya, mayoritas adalah berita negatif (terutama setelah anaknya dinyatakan bersalah dalam kecelakaan yang menewaskan dua orang sekaligus awal tahun 2014 lalu).

Dalam acara debat pilpres, Hatta Rajasa menyebut penegakan hukum di Indonesia “tumpul ke atas tetapi tajam ke bawah”. Menurut Hatta, para penegak hukum tidak boleh bersikap diskriminatif kepada warga negara. Ya, seperti yang kita tahu, banyak elit politik, tokoh masyarakat, tokoh tokoh partai, yang hanya dijerat hukuman ringan padahal melakukan kejahatan berat seperti korupsi. Sedangkan masyarakat biasa, mendapat hukuman berat hanya karena “maling ayam”.

Pernyataan Hatta Rajasa menuai kritik tajam. Banyak orang, melalui media sosial, membully dia. Mereka mengatakan, “Persis seperti apa yang terjadi pada anaknya. Dihukum ringan, padahal menewaskan orang tidak bersalah. Mentang-mentang anak tokoh politik,” begitu kata banyak orang.

Terlepas dari berita-berita negatif tentang Hatta Rajasa, siang itu saya melihat Hatta sebagai manusia utuh. Hatta menghadiri pengajian akbar dalam rangka Milad 15 Tahun Pesantren Daarut Tauhiid pimpinan Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) di di Masjid Istiqlal, Jakarta, Minggu (29/6).

Dalam kesempatan itu, Hatta menyatakan siap bekerja keras membawa manfaat bagi sebanyak-banyaknya orang. ”Membawa manfaat bisa tercapai apabila kita memiliki kapasitas ilmu, selalu berzikir, tangguh, dan ikhtiar mencapai tujuan,” kata Hatta.

Hadir dalam pengajian ini Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Hidayat Nur Wahid dari Dewan Pakar Tim Pemenangan Prabowo-Hatta, Arief Rachman, dan Wali Kota Bogor Arya Bima.
Dalam pertemuan itu, Aa Gym bertanya kepada Hatta, “Bagaimana kalau tidak terpilih sebagai wakil presiden?”  
Hatta menjawab, “Tidak apa-apa. Tenang saja. Relaks saja.”

“Tetap siap bekerja untuk orang lain?” tanya Aa Gym.

“Siap,” jawab Hatta.

Pernyataan Hatta disambut tepuk tangan umat muslim yang hadir. Siang itu, saya merasa dunia politik tidak sepanas biasanya. Ada kesejukan yang hadir bila hati kita dipenuhi ketulusan dan kelegowoan.

Sayangnya, situasi itu berbeda  dengan apa yang terjadi saat ini, terutama sesaat setelah Komisi Pemilihan Umum menyatakan siapa pasangan calon presiden yang mendapat suara terbanyak. Reaksi yang muncul di lapangan beragam….. banyak yang senang, tetapi ada juga yang tidak terima, marah, menyalahkan KPU, mengancam akan menculik Ketua KPU, memilih menarik diri dari pilpres, mengajukan protes,……. udara jadi terasa panas.

Sebaiknya kita ingat kata Hatta Rasaja, “… Tenang saja. Relaks saja.”
Selamat mencari kesejukan! 🙂

Read more