Bocah ini bernama Jacob. Usianya masih delapan tahun ketika saya pertama kali bertemu dengannya. Jacob merelakan tempat tidurnya saya pakai selama tinggal di rumahnya, di Luton, Inggris, enam tahun lalu.
Karena tempat tidur Jacob saya pakai, dia tidur di kolong meja. Jacob menyusun selimut menutupi sela di antara kaki-kaki meja dan menumpuk kain-kain di bawahnya. Dalam sekejap, meja belajar disulap meyerupai “sarang” untuk tidur. Selain membuat nyaman, tumpukan kain berguna untuk menghalau dingin.
“Are you sure you want to sleep there?” tanya saya, setengah takjub dan merasa tidak enak, pada malam pertama tinggal di rumah Jacob.
“It’s okay. You need rest. I can sleep wherever I want,” kata dia sambil menyusup ke dalam sarang.
Interaksi pertama dengan Jacob meninggalkan kesan: waah ni orang, kecil-kecil tetapi dewasa dan baik bangeeet…. sampai mau mengikhlaskan tempat tidurnya untuk orang asing yang datang dari antah berantah!
Kehadiran saya di rumah Jacob merupakan bagian dari program pertukaran pemuda Indonesia-Inggris bernama Global Xchange dari British Council dan VSO. Selama sekitar 10 minggu, saya tinggal di Inggris, dan berbaur dengan Keluarga Bortnichzuk yang merupakan keluarga angkat (hosthome family).
Keluarga itu memiliki tiga anak, Annabelle, Rachael, dan Jacob. Selama di Inggris, saya dan teman asal Indonesia, Denis, tidur di kamar Jacob dan kakaknya. Kamar itu memiliki dua tempat tidur dan sebuah lemari pakaian. Meski tidak terlalu besar, ruangannya sangat nyaman dan hangat karena dilengkapi perapian.
Setiap hari, sebelum dan setelah beraktivitas di luar rumah, saya menghabiskan waktu bersama Jacob dan kakak-kakaknya. Mulai dari nonton film, main trampoline, main kartu uno, main petak umpet, hingga main di taman kota menjelang senja. Saya sanagt menikmati waktu bersama mereka.
Namun, kadang-kadang saya merasa Jacob bertindak di luar batas,… anak itu memang terkenal tak bisa diam. Sering sekali ngajak main saat sudah larut malam, belum lagi kebiasaannya mengacak-ngacak rambut hingga menjitak-jitak kepala saya.
Saat saya kelelahan dan ingin segera rebahan, eeehhh si bocah lanang ikut masuk ke kamar dan lagi ngajak main…. Jacob juga sering bergelanjut manja di punggung saya. “Jacob, please… Go down, I am tired,” kata saya, dengan wajah memelas, saat kelelahan. Tetapi, Jacob tak menyerah. Dia menarik tangan saya. Memaksa saya bermain kejar-kejaran atau bermain trampoline. Huffzz…
Suatu hari, di rumah sedang ada pesta. Saya duduk menikmati makan malam sambil ngobrol dengan teman-teman yang hadir di acara itu. Lagi enak-enak duduk-duduk santai-santai leha-leha, eehhh si bocah lanang dengan santainya naik ke pundak saya, sambil ketawa-ketawa, dan pegang-pegang kepala saya. Beuhhh, rasanyaa bikin saya ingin teriak,…. “Jacooobbb…. pegang-pegang kepala orang tuaaa gak sopaaannn….”
Saat saya memasang wajah masam,…. Jordan, teman saya, warga Inggris, mengingatkan agar saya tidak marah. “Denty, remember! This is England, this is not Indonesia. It’s okay for a kid to touch your head,” kata Jordan. “… and looks, what Jacob did to you is a sign of love. He just wants to play with you,” kata Jordan, sebelum saya sempat merespons ucapannya.
“Yea… but, sometimes, I am tired… I can’t always play with him.”
“So, make him tired as well!” kata Jordan.
“Huh? What should I do??” tanya saya.
Nggak lama kemudian, Jacob kembali iseng, naik ke pundak saya… narik-narik tangan saya. Dia juga coba iseng ke Jordan. Tidak seperti saya, Jordan, meladeni keisengan Jacob sambil cengengesan.
Saat si bocah lanang mencoba naik ke atas pundak Jordan, tangan Jordan lebih lihai untuk memiting tangan Jacob. Jacob tertawa-tawa, namun tak bisa banyak bergerak….. Lama kelamaan, Jacob lelah dan akhirnya hanya tidur lemes di dekat saya dan Jordan sambil teriak-teriak.
“Main sama dia, sambil ikat tangannya, adalah cara untuk bikin anak kecil kelelahan dan gak banyak gerak…. Hahaha,” ujar Jordan. Saya cuma geleng-geleng kepala…. Cara wong londo berinteraksi dengan anak kecil memang berbeda…. Kalau di Indonesia, bocah hiperaktif seperti Jacob boro-boro diajak main….. Dia pasti sudah diomelin abis-abisan, disuruh keluar rumah, trus dikuciin dari dalam….. Wakkakakkkk….
Pelajaran yang saya dapat malam itu, adat-adat kesopanan berlaku berbeda di tiap jengkal wilayah dunia. Sesuatu yang dianggap tidak sopan di suatu negara, belum tentu tidak sopan di negara lain. Selain itu, setiap anak bisa melakukan apapun untuk mengekspresikan dirinya, menunjukan rasa cinta atau ketertarikannya pada seseorang….. iseng, usil, dan sedikit tengil memanglah cara Jacob.
Malam itu saya tidur nyenyak, sambil membayangkan wajah Jacob yang akan saya rindukan beberapa tahun setelahnya.
__
Pada hari terakhir saya tinggal Inggris, Jacob bangun lebih awal. Matahari belum terbit. Suhu udara bertiup sekitar delapan hingga sembilan derajat selsius. Saat itu saya sedang menyelesaikan tahap akhir benah-benah koper. Saya kaget melihat Jacob duduk sambil menunduk di ruang keluarga. Tumben nih bocah udah bangun! “Jacob?” kata saya, sambil berjalan menghampirinya.
“Are you leaving now? Im gonna miss you…” kata Jacob, sambil berurai air mata.
“Ah, Jacob! I am sorry…” ujar saya sambil memeluk dia.
Setengil-tengilnya Jacob ternyata perasaan dia sensitif juga….. dan ini bikin saya baper! T.T hikss… (Satu hal keren yang terjadi hari itu, Jacob mau diajak foto bareng! Biasanya dia susah banget diajak foto hahahaa)
Enam tahun berlalu. Senin lalu, saya kembali bertemu Jacob di Jakarta. Dia tumbuh tinggi besar di bandingkan terakhir kali saya melihatnya. Kata pamannya yang tinggal di Jakarta, meski sudah beranjak remaja, Jacob tetap gak bisa diam. Dia sering gangguin sepupu-sepupunya yang masih kecil sampai menangis! HAHAHAHAA!! Selain itu, Jacob makannya juga banyak! Walaupun fisiknya banyak berubah, Jacob tetaplah bocah yang sama yang iseng dan tidak bisa diam!
Pertemuan sederhana dengan Jacob dan keluarga (Tante Ani dan Rachael) membuat bahagia saya berlipat ganda. Yea, I know… time flies, but memories remain forever. And it makes me happy 🙂
Jakarta, 16-08-2016