August 2019

Sumber tulisan: Universitas Sanata Dharma (usd.ac.id)

Denty Piawai Nastitie, alumnus Program Studi Sastra Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma (USD), pada hari Jumat 8 Februari 2019 menerima penghargaan dari Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Guerend, atas tulisannya yang inspiratif dengan judul “Asian Para Games 2018, Perjuangan Atlet untuk Kesetaraan”, di Restoran Seribu Rasa, Jakarta.

Denty, demikian ia sering disapa, ketika dihubungi via telepon (14/2/18), kembali mengucapkan terima kasih kepada Uni Eropa karena telah memberikan penghargaan terhadap tulisannya yang dimuat di Harian KOMPAS (5/10/2018). “Saya mengucapkan terima kasih banyak buat penghargaan ini kepada Uni Eropa.” ucap Denty. Ia juga kembali mengucapkan terima kasih kepada tempatnya bekerja, Harian KOMPAS, karena telah memberikan ruang baginya untuk menuliskan kisah dan karya jurnalistik yang menarik. “Kepada tempat saya bekerja, Harian KOMPAS, yang sudah memberikan saya ruang buat menuliskan kisah-kisah yang menarik.” sambung Denty.

Denty, dalam tulisannya yang diberi penghargaan oleh Uni Eropa tersebut, hendak menyampaikan kepada publik bahwa kaum disabilitas dan non-disabilitas memiliki hak-hak yang sama sebagai warga negara Indonesia. Hak-hak tersebut dapat berupa aksesibilitas, fasilitas, kesempatan bekerja, dan pendidikan untuk mengembangkan dan menunjukkan potensi yang ada di dalam diri. “Orang-orang disabilitas maupun kita yang non-disabilitas itu sebenarnya punya hak yang sama sebagai warga negara Indonesia. Selama ini, orang-orang dengan kebutuhan khusus itu sering mendapatkan kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari karena minimnya aksesibilitas, fasilitas, kesempatan bekerja, kesempatan pendidikan, sehingga sulit membuat mereka berkembang. Kebanyakan orang-orang dengan kebutuhan khusus memilih untuk bersembunyi dari pada menunjukkan potensi diri.” ungkap Denty.

Denty, yang secara intens mengikuti persiapan hingga penyelenggaraan Asian Games dan Asian Para Games 2018, juga menyampaikan bahwa Asian Para Games (6-13/10/2018) telah menunjukkan bahwa ketika kaum disabilitas diberikan kesempatan yang sama seperti ketika kaum non-disabilitas berperan dalam Asian Games (18/8-2/9/2018), kaum disabilitas pun dapat menunjukkan potensi yang ada dalam diri mereka. “Dari Asian Para Games kemarin, kita bisa melihat bahwa orang-orang yang dengan kebutuhan khusus itu, ketika mereka punya mimpi, punya cita-cita, terus diiringi dengan kerja keras, mereka bisa menunjukkan potensi dirinya.” lanjut Denty.

Denty, yang ditugaskan di bidang olahraga Harian KOMPAS sejak 2016, mengungkapkan perasaannya yang senang, bangga, terharu, dan tidak menyangka ketika tulisannya mendapatkan penghargaan dari Uni Eropa. “Perasaan saya tentu saja senang, bangga, terharu, dan tidak menyangka.” ungkap Denty. Namun, Denty yang diangkat menjadi wartawan Harian KOMPAS sejak 2014 memberi catatan terhadap penghargaan yang diberikan oleh Uni Eropa bahwa semangat kesetaraan dan semangat anti diskriminasi harus terus menggema dan tidak berhenti. “Buat saya yang lebih penting adalah bagaimana tulisan saya, karya-karya jurnalistik saya, dan teman-teman lainnya yang juga mendapat penghargaan, terutama terkait disabilitas ini, bisa terus menggema. Jadi, jangan sampai begitu Asian Games dan Asian Para Games selesai, semangat kesetaraan dan semangat anti diskriminasi itu berhenti.” tegas Denty.

Denty, yang memulai karirnya dengan magang di Harian KOMPAS sejak lulus dari USD pada 2013, tidak lupa mengucapkan terima kasih untuk pengalaman-pengalaman yang dialaminya selama kuliah di USD. “Terima kasih juga buat pengalaman-pengalaman selama kuliah di Universitas Sanata Dharma. Saya belajar banyak di Universitas Sanata Dharma, terutama nilai-nilai kemanusiaan dan semangat kesetaraan yang selalu saya dapatkan dari dosen-dosen di Universitas Sanata Dharma.” ucap Denty.

Tidak lupa pula, Denty yang aktif di dalam dan di luar kelas perkuliahan ketika menjadi mahasiswi USD, memberi harapan dan pesan kepada ‘adik-adik’nya yang masih berkuliah di USD dalam mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja. “Saya berharap dengan adanya penghargaan ini, mahasiswa-mahasiswi USD bisa memanfaatkan waktu dan kesempatan selama kuliah dengan sebaik-baiknya. Dan, enggak cuma aktif di kelas tetapi juga mencari pengalaman dan ilmu di luar kelas, di organisasi-organisasi yang lain. Karena, pengalaman-pengalaman selama kuliah, baik di kelas maupun di luar kelas, menurut saya akan sangat bermanfaat ketika masuk di dunia kerja.” harap dan pesan Denty. Denty pun melanjutkan harapan dan pesannya bahwa interaksi dengan masyarakat luas adalah ilmu yang tidak boleh dilupakan begitu saja. “Ketika kita kuliah, harus diimbangi dengan banyak berkomunikasi dan bersosialisasi dengan masyarakat luas, Interaksi kita dengan masyarakat luas itu akan menambah ilmu kita.” lanjut Denty.

(AH & YS)

Read more

Sumber tulisan: Kemenpora
Jakarta: Sebagai perempuan yang berprofesi seorang jurnalis, Denty Piawai Nastitie memiliki cara sendiri dalam memaknai Hari Kartini yang tepat diperingati pada tanggal 21 April. Dengan sebuah karya tulis, Denty ingin perempuan muda Indonesia harus merdeka dan bebas.
“Sosok Kartini masa kini adalah perempuan-perempuan merdeka yang bisa bebas berekspresi, bebas menyatakan pendapat, punya pemikiran terbuka, punya wawasan luas, bisa mengakses pendidikan berkualitas, bisa mengakses layanan kesehatan dan reproduksi berkualitas,” tutur Denty.
Terjun ke dunia jurnalisme bagi Denty bukan tanpa alasan, perempuan yang menyukai fotografi ini mengaku bahwa ia memang gemar menulis. Denty sendiri telah banyak meliput dan menulis kegiatan-kegiatan olahraga baik di dalam maupun di luar negeri.
Salah satu tulisannya yang berjudul “Asian Para Games 2018, Perjuangan Atlet untuk Kesetaraan” bahkan mendapatkan penghargaan dari Uni Eropa pada tahun 2018, karena dinilai sebagai sebuah karya jurnalistik yang mempromosikan nilai-nilai kesetaraan gender dan anti diskriminasi. Bagi Denty, pencapaian yang paling membanggakan adalah ketika tulisan yang Ia buat bisa membawa dampak positif bagi orang lain.
Lewat karya tulisnya Denty konsisten menyuarakan pemikiran-pemikiran dan konsep kebebasan perempuan. Ia kerap menulis artikel berkaitan dengan masalah gender dan diskriminasi. Denty membahas bagaimana atlet-atlet perempuan dihadapkan dengan sikap diskriminatif dari kaumnya sendiri.
Denty tak pernah lupa meluangkan waktu untuk menjalani hobi traveling dan memotret. Pengalaman dan pelajaran yang ia peroleh dalam perjalanannya juga dituangkan dalam blog pribadinya http://rambutkriwil.com. Melalui perjalanan karir dan passionnya Denty menyampaikan bahwa pemikiran tentang kebebasan perempuan baginya bukan retorika semata. Ia berhasil merealisasikannya lewat pilihan yang ia buat, yaitu berkarir sambil menikmati hidup.
Oleh karena itu, perayaan Hari Kartini penting untuk membangun kekuatan sesama perempuan agar dapat saling mendukung dalam berbagai aspek kehidupan.“Kartini masa kini hendaknya mempunyai otoritas penuh terhadap tubuhnya, punya cita-cita dan berdaya mewujudkan cita-cita itu. Perempuan masa kini seharusnya tidak saling berkompetisi, tetapi memanfaatkan energi dan jaringan untuk berkolaborasi membangun negeri,” tambah Denty.
“Perempuan seharusnya dapat memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan kualitas diri. Jangan jadikan media sosial sebagai tempat mengeluh. Sosial media akan lebih bermanfaat bila tidak digunakan untuk bertukar gosip atau saling menjatuhkan sesama perempuan. Sebaliknya manfaatkan kemajuan teknologi untuk maju bersama. Misalnya untuk mengembangkan bakat, untuk mengakses pengetahuan berkualitas, untuk membuka jaringan usaha dan lain-lain,” harap Denty.(uci/sin)
Read more