Majalah TOS!: Bersuara Melalui Sastra dan Ilustrasi

Hore, Majalah TOS! sudah terbit 😉 *kudu tumpengan* :p

Setelah sempat mundur selama beberapa waktu, akhirnya majalah ini terbit juga. Senang! Bukan hanya karena (akhirnya) majalah ini terbit, tapi lebih karena mendapat feedback dari pembaca yang menyambut positif dan antusias majalah ini. Bahkan beberapa pembaca sudah ada yang mulai menawarkan diri menjadi koresponden, membuat optimis untuk berjalan pada langkah seanjutnya. *peluk satu-satu 😉

Jadi ceritanya… Majalah TOS! adalah project pertama Jurnal-Piawai. Jurnal-Piawai sendiri merupakan kolaborasi antara saya dan Rembrandt, seorang teman yang bisa dibilang masih satu keluarga (walau keluarga jauh, hehehe).

Suatu hari kami sms-an pengen membuat sebuah project yang bisa dikerjakan berdua. Pikir sana pikir sini, akhirnya project membuat majalah terasa paling pas untuk dikerjakan berdua. Pertama, karena saya hobi nulis dan fotografi. Kedua, karena Rembrandt hobi gambar. Dua modal yang sudah ada pada diri kami ini menjadi kekuatan awal membangun Jurnal-Piawai.

Awalnya saya ingin mengangkat topik-topik sosial yang sedang terjadi di masyarakat. Seperti diskriminasi pada remaja jalanan, kehidupan transgender, dll. Sempat bertemu dengan beberapa kawan, lalu kami bertemu satu-dua kali untuk braindstorm ide, mulai mendekati narasumber, dan akhirnya… progres majalah ini terasa lambat. 🙁

Sebenarnya sayang juga karena waktu itu idenya adalah kami ingin hadir menjadi media alternatif menghadapi gempuran media yang sekarang ini terasa so mainstream. Beritanya itu-itu aja, nggak dalem, nggak sensitive issue. Belum lagi kalau ada satu topik dibahas kroyokan, satu narsum diwawancara ramean. Huh! Tapi ya balik lagi, ide dasar yang kuat belum berarti apa-apa kalau dalam pelaksanaannya kurang maksimal.

Karena progress majalah ini terasa lambat, satu-dua-kawan sudah mulai tidak terdengar lagi suaranya, akhirnya saya dan Rembrandt mulai berpikir ulang untuk membangun apa yang sudah kami cita-cita-kan ini. Kalau saya pikir-pikir ulang mengapa progress majalah ini terasa lambat, bisa jadi karena menulis tema-tema sosial membutuhkan kekuatan analisis yang tinggi (yang sayangnya tidak semua orang bisa, kuat, dan berani!), waktu pengerjaan yang lumayan lama, dan pendalaman narasumber yang juga nggak bisa main-main.

Lalu, saya mengatur jadwal pertemuan lagi dengan Rembrandt. Mulai dari awal lagi. Braindstorm ide lagi. Berpikir lagi. Saya sempat patah semangat, tapi syukurlah saya memiliki partner yang kuat. Partner yang nggak pernah menyerah untuk terus mencoba. Kami mulai menelaah hal-hal yang paling dekat dengan kami, hal-hal yang paling kami sukai, hal-hal yang menjadi kekuatan kami, yang bila dikerjakan akan membuat kami senang.

Lalu, tercetuslah ide membuat majalah kompilasi sastra dan ilustrasi. Dunia sastra sangat dekat dengan hidup saya, begitu pun dunia ilustrasi yang sangat dekat dengan hidup Rembrandt. Kami putuskan untuk memberi nama majalah ini sebagai Majalah TOS!

TOS, simply karena itu merupakan simbol keakraban, simbol kerja sama, simbol pertemuan… kami ingin dunia sastra dan dunia ilustrasi bisa bertemu, akrab, bekerja sama, untuk menghasilkan karya yang bisa dinikmati oleh pembaca.

Lalu mulailah kami menentukan tema, bergerilya menghubungi teman-teman yang suka menulis dan menggambar, mengkurasi karya-karya yang masuk, memikirkan ide tampilan artistiknya, dan lain-lain… project ini sempat terhenti karena saya harus KKN, harus ke luar kota, dan banyak hal lainnya… proses kreatif majalah ini melalui chat di ym, email-email-an naskah, sms-an, dan kemudian pada suatu waktu, dreng deng deng deng… majalah ini selesai dikerjakan! 🙂

Untuk sementara, majalah ini kami buat dalam bentuk digital untuk menekan biaya produksi. Suatu hari pastinya kami ingin mencetak majalah ini… tapi fokus kami sekarang adalah bagaimana membuat majalah ini bisa berjalan terus untuk ke depannya. (Good newsnya adalah: tadi sudah bertemu seorang kawan dan dia mau bergabung untuk menjadi tim redaksi majalah TOS! horeee!! Senang bukan kepalang! Kami akan mencoba menghubungi beberapa kawan lainnya yang satu jiwa untuk bekerja sama dalam tim ini).

Sambil mempersiapkan majalah TOS! edisi selanjutnya, Jurnal-Piawai juga memiliki project untuk menerbitkan sebuah buku sastra dengan topik feminisme.

Akhirnya saya bisa menyimpulkan, bahwa untuk menyuarakan topik-topik sosial tidak melulu harus melalui investigasi mendalam bak jurnalis papan atas… dengan membuat karya-karya yang kita suka, seperti karya sastra dan ilustrasi toh kita tetap bisa menyuarakan keresahan kita pada kondisi yang terjadi di sekeliling. Betul tidak?

Ingin mengunduh majalah TOS??
Silakan klik link berikut: Majalah TOS!

Saya tunggu feedback-nya ya! 🙂

Best, Denty.

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*