Kangkung-kangkung Liar

Indramayu masih pagi saat saya menelusuri perkampungan di sana, hari itu. Pintu sebagian rumah penduduk masih terkunci dan rumput-rumput pun masih basah sisa gerimis semalam. Kawan saya menyapa seorang ibu yang tengah mencabuti kangkung (baca: awalnya saya kira rumput liar) yang tumbuh di sela-sela tanaman mentimun.

“Loh, kok dibawa pulang bu? Kenapa tidak dibuang?” tanya saya heran.

“Ini untuk dimasak, mbak.” jawab si ibu sambil menunjukan segenggam kangkung petikannya.
“Emang sehari-hari ibu masak kangkung-kangkung liar itu ya?” tanya saya lagi ingin tahu.
Ibu itu menggeleng sambil tersenyum, “Tidak juga, paling kalau sedang tidak punya uang untuk belanja saja. Apa-apa bisa dimakan.”

Sesampainya di rumah, anak kedua dan ketiga si ibu langsung bergelayut manja di pelukannya. “Anak saya ada 4 saya merawat mereka sendirian. Bapak anak-anak sudah tidak ada.”

Nyess. Satu lagi sentuhan kecil mengetuk hati saya. Apapun yang kita miliki memang patut disyukuri dan dicintai sebagaimana mestinya.

One Comment, RSS

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*