Saya, Diary, dan Fotografi (adalah jalinan mimpi-mimpi yang akan terus berkembang)

Sejak kecil, saya suka menulis di diary. Kalu di hitung-hitung jumlah diary saya sampai belasan buah, belum termasuk bertumpuk-tumpuk notes kecil dan berlembar-lembaran kertas buram yang semuanya berisi jeritan hati perempuan biasa-biasa saja seperti saya. Enggak jarang, tulisan-tulisan itu kelihatan lebih mirip sampah ketimbang jejak memori kehidupan sehari-hari.

Iseng-iseng, saya menengok ke bawah tempat tidur. Di sana ada kardus sepatu yang kalau dibuka, jelaslah sudah apa isinya. Diary beserta potongan-potongan kertas dan foto. Menurut orang lain, penemuan ini mungkin tidak penting, tapi bagi saya, seburuk dan seberdebu apapun keadaannya, di kotak sepatu itulah warna-warni kehidupan saya mampu terekam.

Satu per satu saya keluarkan diary-diary itu. Saya buka lembar demi lembarnya. Kenangan masa lalu-pun hadir beriringan dengan senyum yang merekah. Keluguan anak kecil memang sebuah kejujuran itu sendiri. Hhehe.

Ketika saya hampir sampai pada lembar terakhir, saya melihat sebuah kertas terselip di sana. Kertas kecil yang sudah sobek di beberapa bagiannya, berwarna kecoklatan karena debu, dan banyak coretan di atas tulisan cakar bebek, tulisan saya ketika masih duduk di bangku kelas 5 SD. Kertas ini berdiam diri di sana, hampir terlupakan, karena sang empunyanya sedang bergelut dengan waktu menjalankan aktifitas.

Penasaran saya buka kertas itu. Woow… coba tebak apa isinya?!! Ternyata, kertas itu berisi daftar mimpi-mimpi saya hingga akhir hayat nanti. Secara detail masa demi masanya tertuliskan. Masa SMP, SMA, kuliah, lalu bekerja, dst. Saya sudah melalui masa kecil, lalu remaja, sekarang saya berada pada jaman anak muda yang dikenal serba sok tahu, serba praktis, serba seenak udelnya sendiri.

Beberapa mimpi itu ada yang sudah terwujud berbentuk prestasi, namun banyak juga yang belum menjadi kenyataan. Kehidupan yang senantiasa bergerak membuat arah saya bisa berganti sewaktu-waktu. Mungkin apa yang tercetak di sana akan terlaksana, mungkin juga tidak.

Salah satu mimpi yang tertulis dan sedang berproses adalah belajar fotografi. Entahlah, mengapa saya, yang waktu itu masih berseragam putih merah dan sama sekali belum mengenal dunia kamera bisa memasukan unsur itu dalam jalinan kehidupan saya yang sederhana. Ajaibnya, koneksi antara perasaan-pikiran-tindakan-dan lingkungan membawa saya menuju ke sana.

Saya sedang berproses, dan terus berproses. Kebiasaan menuliskan mimpi-mimpi pun masih saya lakukan hingga sekarang. Manusia boleh berkeinginan, manusia boleh berusaha mencapai, namun Tuhan jua-lah yang menentukan. Ciao!!

May 30, 2009 

One Comment, RSS

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*