Fak. Berapa juta kali sih saya harus bilang, saya bukan peramal. Saya tidak bisa menebak isi hatimu. Baiklah, boleh saya bertanya. Lalu bila tanya dijawab diam (karena diam juga bahasa, katamu) maka diamlah saya dengan sejuta persepsi yang dikalikan.
Malam masih menyisakan dingin dan segudang preman yang bisa menghabisi saya sewaktu-waktu. Sayangnya saya bukan pengecut. Air mata adalah simbol keperawanan karena ibu berkata, pria tak boleh menangis. Saya lebih berani darimu, akan saya buktikan.
Selama sirine ini masih menyala, maka jalan pulang pun terbentang.
*
“Hey gadis manis, ini kota bukan eropa!”
Di depanmu terbentang kompromi. Hadapilah. Tunjukan kebesaran jiwamu yang mampu menampung segala keluh kesah. Sekalipun kamu resah dengan ujung rok-mu yang basah. Jangan menyerah, karena lihat energimu sebesar asa, dan itu harus disebarkan.
“Cup, cup. Saya tahu, kamu butuh tempat untuk menampung duka.”
Ada, tempat itu sungguh ada. Kamu hanya perlu menembus belukar semesta yang menyaringmu dengan endapan-endapan luka. Hahahaha. Saya tertawa waktu itu, ketika melihatmu menyemberutkan bibir. Seperti kamu seratus tahun dulu, yang menangis sendu sendan karena wujudmu masih menjadi hujan.
“Hey, lihatlah! Di sana pelangi masih punya warna.”
Marun, emas, logam, juga warna air dan api. Warna-warna yang kau racik seolah-olah dunia ada di genggaman. Setuju, kata saya waktu itu. Biarkan dunia ada di gengaman. Jangan letak-kan di hati karena itu akan menguasai ragamu.
“Lalu, Bolehkah saya berharap, ada saya di hatimu.”
Biarkan saya menjadi penguasa. Memotong kesepuluh jarimu-pun saya rela, agar rasa-rasa padam. Agar tak ada lagi jiwa yang tersihir pancaran bola matamu yang meredup, mekar, meredup, dan mekar berganti-gantian sesuai irama hati.
*
Ziing. Kamu menatap saya dingin. “MATI KUTU!” Hentakmu pada dinding-dinding. Katamu adalah kutukan untuk hari-hariku selanjutnya. Sungguh, malam-pun masih menyisakan satu-dua ragu. Kalau begitu, hari esok masih ada, masih ada untuk segera diselesaikan. Selamat malam.
jahat bgt si kamu den . wkwkkwkw