Air mata Catlin (8), bocah perempuan kelas III SD, meleleh saat masuk ke dalam Gereja Abu Sirga (St Sergius and Baccus Church) yang terletak di Kairo, Mesir. “Rasanya aku melihat Yesus,” ujarnya.
Catlin lalu memeluk ibunya, Ellen. Sepanjang ziarah siang itu, Catlin lebih banyak diam. Sesekali dia menundukkan kepala. Perasaannya campur aduk antara takut, sedih, dan terharu. Beberapa orang dewasa yang mengetahui peristiwa itu memandang Catlin dengan tatapan takjub, sebagian orang lainnya tidak percaya.
Saya jadi teringat dengan keraguan Thomas. Pada hari ketiga Yesus bangkit dari kubur, dia menampakkan diri kepada para muridnya. Secara kebetulan Thomas tidak ada dalam pertemuan sehingga murid-murid Yesus menceritakan kejadian menarik itu. Thomas berkata “Saya tidak mau dan tidak dapat percaya”.
Suatu hari, Yesus menampakkan diri sekali lagi di hadapan murid-muridnya. Kepada Thomas dia berkata, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”
Ketidakpercayaan sejumlah peziarah dengan pengalaman spiritual yang dialami seorang bocah cilik di Gereja Abu Sirga, mungkin mirip dengan keraguan Thomas. Kepada Romo Kornelis Dino Hardin, imam yang mengiringi peziarahan, beberapa orang bertanya, “Bagaimana mungkin kehadiran Yesus disaksikan bocah kecil? Mengapa kami yang dewasa tidak bisa melihat Yesus?”
Menurut Romo Dino, kadang-kadang, orang dewasa terlalu sibuk. “Penglihatan kita tertutup beragam pikiran dan kesibukan sehari-hari…,” kata dia.
Meski tak secara langsung melihat, sebenarnya kita bisa merasakan kehadiran Yesus dalam setiap peristiwa hidup sehari-hari. Yesus hadir saat penyakit kita disembuhkan, keluarga dipersatukan kembali, masalah keuangan dipulihkan, dan banyak hal lain terjadi di luar dugaan kita.
Romo asal Manggarai, Nusa Tenggara Timur, itu lalu bercerita mengenai keraguannya akan kehadiran Yesus dalam perjamuan roh kudus. Selama dua tahun sejak ditabiskan menjadi imam, dia ragu apakah hosti dan anggur yang dipersembahkan dalam setiap misa bisa berubah menjadi tubuh dan darah Kristus? Bagaimana hal itu mungkin terjadi?
Dalam sebuah retret, seorang biarawati asal Kalkuta, India, yang memiliki kemampuan untuk memahami persoalan orang lain tiba-tiba berkata, “Engkau dipilih Bapa untuk menjadikan hosti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus. Bagaimana engkau meragukan perutusan yang dikaruniakan Bapa kepadamu?”
Mendengar teguran itu, Romo Dino menangis. Bagi dia, Tuhan hadir dan menjawab keraguannya melalui seorang biarawati asing. “Kita bisa bertemu Yesus secara tidak langsung melalui orang-orang yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Pertemuan dengan Yesus akan menjadikan diri kita berbeda,” kata Romo Dino.
__
Gereja Abu Sirga dibangun sekitar abad ke-4. Gereja itu didedikasikan untuk dua martir abad awal bernama St Sergius dan St Baccus. Secara tradisi, gereja itu dibangun di tempat kediaman keluarga kudus (Bunda Maria, Santo Yusuf, dan bayi Yesus) selama mereka mengungsi di Mesir karena pengerjaran Raja Herodes (Mat 2:13).
Sepanjang perjalanan, keluarga kudus melewati bukit-bukit bebatuan yang tandus, kering, gersang, berdebu, dan minim air. Di Kairo, keluarga kudus hidup berpindah-pindah. Di tempat yang kini menjadi Gereja Abu Sirga, keluarga kudus menginap tiga hari lamanya.
Begitu masuk gereja, saya melihat sebuah bangunan dengan interior gaya Koptik awal. Atap gereja itu menyerupai Bahtera Nuh. Di dalam gereja ada 12 tiang penyangga yang melambangkan 12 rasul.
Bagi banyak orang Mesir, Gereja Abu Sirga bukan saja tempat berdoa. Gereja itu dianggap sebagai museum yang menyimpan kekayaan nilai sejarah. Tak heran, di dalam gereja saya berjumpa dengan belasan orang Muslim. Mengenakan kerudung panjang, mereka memperhatikan interior dan pernak-pernik gereja.
Bagian terpenting dari Gereja Abu Sirga adalah goa di mana Keluarga Kudus pernah tinggal. Goa itu terletak di bagian bawah gereja. Untuk masuk ke dalam goa, peziarah harus melewati lorong dengan lukisan Yesus dan Bunda Maria di sebelah kanannya. Di gereja ini, setiap tanggal 1 Juni umat Ortodoks merayakan kedatangan Keluarga Kudus.
Begitu sampai di depan goa, saya melihat tanda silang yang terbuat dari kayu menutupi pintu goa. Atef Nafea (37), pemandu wisata, menjelaskan, petugas sedang merenovasi gereja untuk menyambut natal. Di depan goa, kami menundukkan kepala, berdoa. Tak terasa, air mata saya meleleh. Begitu dekat saya berada di tempat Keluarga Kudus pernah singgah…
Beberapa hari kemudian, terdorong rasa penasaran, saya bertanya pada si mungil Catlin. “Di mana kamu melihat Yesus?”
Catlin menjawab pertanyaan saya dengan suara lembut. “Di lorong itu… Lorong tempat kita berjalan menuju goa keluarga kudus.”
Catlin tidak menjelaskan bagaimana wajah Yesus saat menampakkan diri di hadapannya. Catlin hanya mengatakan, “Yesus melambaikan tangan, menyambutku masuk ke dalam gereja.”
(Denty Piawai Nastitie)